Bencana.. bencana.. dan
bencana. Itulah yang sedang terjadi di berbagai tempat di tanah air ini.
Banjir... air pun menampakkan keperkasaannya. Menelan dan menghanyutkan apa
yang dijumpainya. Riau, Semarang, Medan, Jakarta dan banyak lagi kota-kota
bahkan kota-kota besar yang rentan bakal tenggelam. Belum lagi dengan Gempa..,
kemarin ini gempa di Aceh menelan korban ribuan jiwa bahkan bukan hanya dari
Indonesia tetapi dari dampaknya juga pada negara-negara lain.
Beberapa tempat bahkan
dilengkapi dengan gempa, tanah longsor dan bencana yang lainnya. Ribuan orang
terpaksa mengungsi. Mereka kehilangan rumah dan hartanya yang telah dikumpulkan
dengan susah payah.
“Dan apapun musibah yang
menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, ....”.
(QS. Asy-Syuura’ : 30)
Kita sudah lupa bahwa kaum-kaum
terdahulu telah dimusnahkan Allah karena sebab yang hampir sama dengan kita.
Banjir telah menenggelamkan kaum Nabi Nuh yang menolak bertauhid dan memilih
berhala, gempa dahsyat memusnahkan kaum Luth yang homoseks, kaum ‘Ad dan Tsamud
dihancurkan karena kufur atas nikmat Allah dan bermegah-megahan di dunia. Allah
juga telah menghancurkan para pemimpin negeri seperti Fir’aun yang mengaku
Tuhan dan Namrudz yang memudayakan berhala.
Bukankah kita melakukan
semua yang dilakukan mereka? Kita lebih memilih berhala demokrasi dan menolak
hukum Allah, kita lebih mencari kemegahan dunia dan melupakan nikmat akhirat,
kita banyak menolak fitrah-fitrah manusia dan bertingkah seperti penguasa alam
raya.
Awal kehancuran bangsa ini
sebenarnya sudah nampak sejak ditolaknya syari’at Islam sebagai pondasi
ideologi. Sejak itu bom waktu berdetak menunggu saat meledak. Kini, bangsa ini
sudah mengalami kehancuran akidah, kebejatan moral dan ketidakpastian hukum.
Sebuah kerusakan yang sempurna.
Maka satu-satunya jalan untuk
lepas dari ancaman musibah Allah adalah bertaubat dengan sebenar-benarnya
taubat. Meninggalkan dosa-dosa masa lalu, memperbaiki keimanan dan meningkatkan
ketaqwaan dibawah undang-undang Allah. Jika itu dilakukan, niscaya bumi dan
langit akan kembali mengeluarkan isinya dalam bentuk kenikmatan dan bukan
musibah. Sebagaimana Allah telah berjanji :
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf : 96)
No comments:
Post a Comment